Minggu, 07 Maret 2010

AIR ZAM-ZAM



(Gagalnya dunia barat untuk menanamkan keraguan sumber Air Zam-zam, karena posisinya Makkah merupakan kawasan jarang hujan dan bersuhu panas tinggi, tapi air Zam-zam dapat diminum oleh jutaan umat Islam; sedangkan sumur-sumur sekitarnya di Makkah kering).

Pada tahun 1971, pernah seorang dokter berkata bahwa air Zam-zam tidak layak diminum. Mengingat letak Ka’bah di bawah permukaan laut dan di pusat kota Makkah, maka semua air murni hygenis pasti terhimpun ke air Zam-zam. Untuk membuktikan lama masa layak pakainya, dikirimlah sampel air Zam-zam ke Laboratorium Eropa.
Mu’inuddin Ahmad seorang Insinyur Kimia, pegawai Departemen Pertanian dan Irigasi Saudi pada waktu itu berkata bahwa dia telah memilih sejumlah air Zam-zam untuk sampel. Sebelum itu dia belum pernah melihat sumur Zam-zam. Karena itu ketika mengambil air Zam-zam hatinya penuh pertanyaan, setengah tidak percaya tapi penuh heran dan kagum karena sumur Zam-zam yang hanya berukuran panjang 18 kaki dan lebar 14 kaki dapat diambil jutaan galon untuk minum jamaah haji setiap tahun sejak masa Nabi Ibrahim as. Untuk mengukur sumur dan kedalaman air, Mu’in setelah mandi lalu turun ke dalam sumur Zam-zam sampai kedalaman air di bahunya. Dicarilah datangnya air di dalam sumur itu dari berbagai arah namun tidak didapatkannya, sehingga membuatnya makin penasaran. Datanglah sebuah ide untuk menyedot dengan pompa besar yang memang dipergunakan untuk mengisi bak-bak penampungan dengan air Zam-zam. Mungkin dengan cara itu, air dapat susut dan dengan mudah mengetahui datangnya sumber air di dalamnya. Apa yang terjadi setelah dilakukan usaha itu? Ternyata usahanya tidak berhasil juga. Maka disuruhlah temannya agar turun juga membantunya. Ketika itulah temannya merasa kalau pasir-pasir di dalam sumur itu bergerak sesuai kekuatan pompa besar itu menyedot air. Ternyata sebanyak air itu disedot, sebanyak itu pula air berikutnya datang untuk menggantinya. Sebab itulah ukuran air di dalam sumur tidak pernah berkurang sedikitpun walau disedot sebesar bagaimanapun. Dari situlah Mu’in mengambil air-air sampel untuk dibawa ke Laboratorium Eropa. Tapi sebelum dia meninggalkan Makkah, dia meminta keterangan dari petugas-petugas yang menangani sumur-sumur di kawasan itu, ternyata sumur-sumur di sekitar Makkah mayoritasnya kering. Disamping penelitian air Zam-zam dilakukan di Lab.Eropa, maka Departemen Pertanian dan Irigasi Saudipun melakukannya. Akhirnya, dari hasil kedua laboratorium itu menyatakan hasil yang sama, yaitu air Zam-zam adalah air yang layak minum sebagaimana air minum lainnya di sekitar Makkah.
Beda halnya di dalam kadar Kalsium dan Magnesiumnya, mungkin inilah yang menyebabkan air Zam-zam dapat mendatangkan kesegaran dan semangat pada para jemaah haji yang merasa letih. Tapi lebih dari itu, Zam-zam mengandung beberapa rangkaian unsur flourine (F) yang berfungsi untuk membasmi kuman.
Gagallah usaha dunia barat untuk menanamkan keraguan akan keajaiban dalam air Zam-zam karena selain layak diminum, sumurnya tidak pernah kering sejak ribuan tahun lamanya, selalu memenuhi kebutuhan walau diambil dalam jumlah besar dan benar-benar murni tidak pernah ditambah chlorine, juga didalam sumurnya tidak pernah terdapat tumbuhan jamur atau tumbuhan lainnya seperti yang tumbuh di dalam sumur-sumur lain. Satu hal yang tidak habis dipikir juga, mengapa di kawasan padang pasir yang begitu kering dan tandus sehingga suhu panasnya mencapai 50°C itu masih muncul sebuah mata air yang tidak pernah berhenti mengalir sejak ribuan tahun silam tidak pernah susut dikonsumsi jutaan jamaah haji setiap tahun?!



Sumber: majalah Qiblati No.1/Th.1, September 2005, hlm 20-21

Tidak ada komentar:

Posting Komentar