Minggu, 07 Maret 2010

Bulan Memang Pernah Terbelah
(Dibalik Proyek Senilai 100 Miliar US$, Kebenaran Islam Terkuak)



“Telah dekat (datangnya) saat itu dan telah terbelah bulan”. (QS. Al-Qomar:1)

Yang menarik adalah ayat diatas menjadi sebab masuk Islamnya seseorang yang nantinya akan menjadi ketua Hizib Islami Britani. Bagaimanakah ceritanya?
Dalam sebuah wawancara yang disiarkan stasiun TV, seorang pakar geologi muslim Prof. Dr. Zaqhlul An-Najar ketika ditanya oleh pembawa acara tentang ayat diatas, “Apakah terdapat i’jaz ilmi (kemukjizatan yang bersifat sains) yang terkandung di dalam ayat diatas?” Beliau memberikan jawaban dengan mengatakan, “Berkenaan dengan ayat ini, aku mempunyai sebuah cerita. Sudah sejak lama aku menjadi tenaga pengajar di Universitas Chardif di bagian barat Inggris. Yang datang mengikuti perkuliahanku terdiri dari muslim dan non muslim. Pernah suatu ketika terjadi diskusi yang menarik tentang i’jaz ilmi dalam Al-Qur’an. Ditengah-tengah diskusi, ada seorang pemuda muslim berdiri dan mengatakan, “Tuan, apakah Anda melihat bahwa didalam firman Allah “Telah dekat (datangnya) saat itu dan terbelah bulan” (Surat al-Qomar:1) terdapat isyarat i’jaz ilmi dalam Al-Qur’an?” Dr. Zaqhlul mengatakan, “Tidak, karena i’jaz ilmi ditafsiri oleh ilmu (sains) sedangkan mukjizat, ilmu (sains) itu tidak mampu menafsirinya. Mukjizat adalah suatu perkara luar biasa yang tidak dapat ditafsiri oleh hukum alam (hukum kausalitas).
Terbelahnya rembulan adalah mukjizat, yang terjadi untuk Rasulullah dan menjadi bukti tentang kenabian dan kerasulannya. Mukjizat visual adalah bukti nyata bagi orang yang menyaksikannya. Seandainya hal itu tidak datang dalam kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya tentu kita umat Islam di abad ini tidak wajib mengimaninya. Akan tetapi kita mengimaninya karena telah datang keterangannya didalam kitab Allah dan didalam sunnah Rasul-Nya dan karena Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”
Dr. Zaqhlul kemudian menyampaikan kisah terbelahnya rembulan sebagaimana yang terdapat dalam kitab-kitab hadits. Ia mengatakan lima tahun sebelum Rasulullah berhijrah dari Makkah ke Madinah, ada sekelompok orang Quraisy yang datang menemui beliau dan mengatakan, “Hai Muhammad, jika engkau benar-benar seorang Nabi dan Rasul maka datangkanlah bukti yang menunjukkan bahwa engkau memang benar-benar seorang Nabi dan Rasul.” Maka Rasulullah bertanya pada mereka, “Apa yang kalian inginkan?” Mereka berkata dengan tujuan melemahkan dan menantang, “Belahlah untuk kami rembulan itu!”. Rasulullah lantas berdiri beberapa saat, beliau berdo’a kepada Allah agar memberikan pertolongan untuknya dalam situasi seperti ini. Allah lantas memberikan ilham kepada beliau untuk berisyarat dengan menggunakan jari tangan beliau ke arah rembulan. Tiba-tiba rembulan tersebut terbelah menjadi dua bagian. Satu bagian menjauh dari bagian yang lain selama beberapa jam kemudian menyatu kembali.
Maka orang kafir berkomentar, “Muhammad telah menyihir kita”. Akan tetapi orang-orang cerdas di antara mereka mengatakan, “Sesungguhnya sihir itu terkadang dapat mempengaruhi orang-orang yang menyaksikannya dan tidak dapat mempengaruhi seluruh manusia. Maka tunggulah rombongan yang akan datang dari perjalanan.” Maka orang-orang kafir bergegas keluar menuju pintu-pintu kota Makkah untuk menunggu orang-orang yang datang dari perjalanan. Ketika rombongan pertama datang, orang kafir menanyakan pada mereka, “Apakah kalian melihat sesuatu yang aneh telah terjadi pada rembulan itu?” Mereka menjawab, “Ya, benar. Kami melihat rembulan itu telah terbelah menjadi dua dan saling berjauhan satu dari yang lain kemudian kembali menyatu”. Maka berimanlah sebagian dari mereka orang yang beriman dan kafirlah orang yang tetap kafir.
Allah berfirman dalam kitabnya: “Telah dekat (datangnya) saat itu, dan telah terbelah bulan. Dan jika (orang-orang musyrikin) melihat sesuatu tanda (mukjizat), mereka berpaling dan berkata, “ini (adalah) sihir yang terus menerus”. Dan mereka mendustakan (Nabi) dan mengikuti hawa nafsu mereka, sedang tiap-tiap urusan telah ada ketetapannya”. (QS, Al-Qomar 1-3).
Doktor Zaqhlul melanjutkan penjelasannya dengan mengatakan, “Dan sesudah aku mengakhiri penjelasanku, maka ada seorang pemuda Inggris muslim berdiri dan memperkenalkan dirinya, “Aku bernama Dawud Musa Bidcook, Ketua Hizib Islami Britani”. Setelah itu ia mengatakan, “Tuan, bolehkah aku memberi keterangan tambahan?” Aku jawab, “Silahkan”. Dia berkata, “Sebelum memeluk Islam, saya mempelajari banyak agama. Satu hari ada seorang mahasiswa muslim memberikan hadiah padaku berupa terjemahan Al-Qur’an. Aku berterima kasih padanya atas hadiah tersebut. Lalu buku terjemah Al-Qur’an tersebut aku bawa pulang ke rumah. Saat membuka buku terjemahan tersebut, surat yang pertama kali aku baca adalah surat Al-Qomar tentang terbelahnya rembulan. Maka saya katakan, “Apakah ucapan ini masuk akal? Apa mungkin rembulan itu terbelah kemudian menyatu kembali? Kekuatan apakah yang mampu melakukan itu?” Maka pemuda tadi mengatakan, “Ayat ini membuatku tidak dapat melanjutkan membaca terjemahan Al-Qur’an dan akupun tersibukkan dengan urusan dunia. Akan tetapi Allah mengetahui seberapa jauh keikhlasanku dalam mencari kebenaran. Maka Tuhanku mendudukkan aku didepan televisi Inggris yang disana ada acara dialog antara komentator Inggris dengan tiga ilmuwan ruang angkasa Amerika. Pembawa acara ini memberikan komentar miring terhadap tiga pakar tersebut karena telah menghabiskan uang dalam jumlah besar untuk perjalanan ke ruang angkasa pada saat bumi dipenuhi berbagai problematika kelaparan, kemiskinan, timbulnya berbagai penyakit dan keterbelakangan. Sang komentator mengatakan, “Seandainya biaya yang demikian banyak itu dihabiskan untuk memakmurkan bumi tentu lebih bermanfaat”. Akan tetapi tiga pakar tersebut tetap membela pendapat mereka dengan mengatakan, “Sesungguhnya teknologi ini bisa bermanfaat secara praktis dalam berbagai aspek kehidupan, bisa bermanfaat dalam ilmu kedokteran, industri dan pertanian. Jadi biaya yang demikian besar itu bukanlah harta yang dihambur-hamburkan dengan percuma.”
Disela-sela dialog tersebut muncul penyebutan tentang perjalanan yang mendaratkan seorang astronot di atas permukaan bulan. Karena pendaratan tersebut adalah perjalanan ruang angkasa yang paling banyak memakan biaya --ia telah menghabiskan lebih dari 100 milyar US$-- maka dengan nada tinggi, komentator tersebut mengatakan, “Kebodohan macam apa ini? 100 milyar US$ hanya untuk mendaratkan seorang ilmuwan Amerika diatas bulan?” Mereka menjawab, “Tidak, tujuannya bukan untuk mendaratkan ilmuwan Amerika di atas bulan, tapi kami mempelajari susunan bulan bagian dalam. Dan kamipun telah menemukan fakta ilmiah, seandainya kita menghabiskan biaya berkali-kali lipat daripada ini untuk membuat orang percaya terhadap fakta tersebut, tentu tidak ada orang yang mempercayai kami”. Maka sang komentator bertanya, “Fakta apa itu?” Mereka menjawab, “Rembulan ini pernah terbelah pada suatu hari kemudian menyatu kembali”. Komentator bertanya lagi, “Bagaimana kalian mengetahui hal itu” Mereka menerangkan, “Kami mendapatkan sebuah sabuk dari bebatuan yang membelah rembulan dari permukaannya hingga ke bagian dalamnya. Kami lantas bertanya pada para pakar ilmu tanah dan geologi dan mereka mengatakan hal tersebut tidak mungkin terjadi kecuali jika rembulan pernah terbelah kemudian menyatu kembali”.
Dawud Musa Bidcook lalu mengatakan, “Maka saya segera meloncat dari kursi tempat duduk dan saya katakan, “Sebuah mukjizat terjadi untuk Muhammad pada 1400 tahun yang lalu. Allah menundukkan orang-orang Amerika untuk membelanjakan lebih dari 100 milyar US$ untuk menetapkan kebenaran mukjizat itu untuk umat Islam?!”
Pemuda itu melanjutkan perkataannya, “Maka saya pun segera kembali ke mushaf (terjemahan Al-Qur’an) dan langsung membaca surat al-Qomar, dan surat itulah yang menjadi pintu masuknya Islam kedalam hatiku.”




Sumber: majalah Qiblati, Vol.1/No.5, Januari 2006 hlm 4-8

1 komentar: